Halo teman-teman pencari kerja!
Sharing kali ini adalah pengalaman tes kerja untuk dosen. Karena satu dan lain hal, kali ini saya tidak akan menyebutkan nama universitasnya. Yang bisa saya sebutkan adalah saya mendaftar sebagai dosen di sebuah perguruan tinggi swasta yang baru dibuka. Pertama kali saya mendengar lowongan kerja ini dari teman yang kebetulan sudah mengajar di perguruan tinggi tersebut.
Pada perguruan tinggi tersebut, tes dilakukan dalam 2 tahap, yaitu: tes psikotest, tes wawancara dengan psikolog, dan tes wawancara dengan petinggi dosen. Menurut saya, psikotest yang diselenggarakan tidak susah, karena setelah saya berkali-kali mengikuti tes kerja saya menjadi terbiasa mengerjakan soal psikotest. Sehingga saya dapat mengerjakan dengan cepat. Namun, untuk wawancara saya tidak bisa memberi masukan karena berdasarkan pengalaman pribadi, lolos tidaknya tes wawancara adalah untung-untungan setiap orang.
Jadi, tes tersebut dimulai dengan mengerjakan psikotest. Psikotest yang dilakukan standar, terdiri dari: lawan kata, sinonim, tes gambar, tes kepribadian, bangun ruang 3D, dan kraepelin. Untuk psikotest, hal yang dapat saya sarankan adalah banyak-banyak lah berlatih, karena ketika saya test ada orang yang belum pernah latihan kraepelin sebelumnya, sehingga ketika orang tersebut melihat peserta lain mengambil kertas baru, orang tersebut panik dan tidak dapat berkonsentrasi. Dengan demikian, hasil akhir yang orang tersebut dapatkan tidak memuaskan
Setelah psikotest, kami diminta untuk menulis alasan mengapa ingin menjadi pada selembar kertas berukuran A4. Saya kurang tahu apa tujuan tulisan tersebut. Beberapa sumber menyebutkan bahwa psikolog akan menilai pribadi kita dari jenis tulisan kita, namun saya tidak tahu pasti. Saat itu saya hanya menulis hal yang pertama kali terlintas di kepala saya secara singkat.
Tes berikutnya adalah wawancawa dengan psikolog. Saat wawancara kali ini, saya merasa sangat santai. Berbeda dengan degan wawancara sebelumnya yang mana pewawancara sepertinya memiliki maksud tersirat. Pada wawancara kali ini, yang saya rasakan adalah pemahaman lebih detil mengenai pribadi kita. Mengenai motivasi untuk menjadi dosen, rencana untuk memajukan pendidikan di Indonesia, dan rencana untuk melakukan penelitian. Selain itu, saya juga ditanya mengenai rencana untuk mengembangkan siswa. Sebagai misal, apa rencana kita untuk mengembangkan siswa di daerah dan apa yang akan kita lakukan agar siswa merasa memiliki kontribusi pada dunia pendidikan.
Kebetulan karena saya memiliki pengalaman mengajar, saya menjawab pertanyaan tersebut berdasarkan pengalaman saya. Jawaban tersebut juga saya mix dengan pengetahuan saya mengenai research yang saya dapat dari dosen, seperti: dana hibah, dikti, paper nasional, paper internasional, dll. Bila teman-teman pekerja belum pernah mendapat informasi mengenai hal tersebut, saya sarankan untuk browsing terlebih dahulu karena hal ini sangat membantu dalam wawancara. Secara garis besar, wawancara dengan psikolog kali ini hanya seperti sesi sharing.
Beberapa hari kemudian, saya mendapat info bahwa saya lulus ke tahap selanjutnya. Pada tahap ini saya akan diwawancara oleh beberapa petinggi kampus. Wawancara kali ini juga sangat santai dan saya hanya ditanya mengenai pengetahuan bidang saya secara umum. Selain itu, saya juga ditanya mengenai pancasila, undang-undang, dan sejarah Indonesia. Namun, karena saya tidak hafal undang-undang dan sejarah Indonesia, saya tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut. Haha
Tapi karena kebaikan hati petinggi dosen, saya lolos ke tahap selanjutnya yaitu tahap perkenalan kampus dan penandatanganan kontrak kerja.
Pada tahapan ini, saya sangat bingung apakah harus saya ambil atau tidak. Karena kebetulan di saat yang sama saya sedang daftar ke perusahaan lain (sebut saja perusahaan A). Saat itu, saya lebih tertarik untuk bekerja di perusaan terebut. Namun, yang lebih membuat saya bingung adalah karena saya sudah menganggur selama 2 tahun dan sampai saat itu perusahaan A belum memberi kabar lebih lanjut. Pada akhirnya, dengan berbagai macam pertimbangan dan diskusi dengan keluarga, saya putuskan untuk tidak menandatangani kontrak menjadi dosen. Berat sekali bagi saya untuk menolak sebuah pekerjaan dengan kondisi saat itu. Selalu terpikir oleh saya kekhawatiran yang mendalam dan saya sangat takut tidak mendapat pekerjaan
Semoga sharing kali ini bisa membantu teman-teman pencari kerja sekalian. Saya doakan teman-teman mendapatkan yang terbaik seperti saya. Meski pun mencari pekerjaan sangat susah, jangan pantang menyerah. Saya menganggur selama 2 tahun. Mungkin bisa anda bayangkan berapa ratus lamaran yang saya kirimkan dan berapa ratus kali saya ditolak sebelum akhirnya mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan hati saya. Saya pernah dihina, dikatai "orang kayak kamu gini lah makanya Indonesia ga maju", dikatai "Masih untung kamu saya panggil untuk wawancara. Harusnya sih CV kamu saya buang", dikatai "Orang yang ga sekolah tapi punya pengalaman jauh lebih berguna buat saya dibanding kamu", dan perkataan kasar lain saat wawancara. Mungkin bisa anda bayangkan perasaan saya saat menganggur. Seberapa sedihnya saya dan seberapa malunya saya saat ditanya mengenai pekerjaan. Seberapa saya merasa menjadi orang yang paling gagal karena teman-teman lain sudah bekerja. Bukan hanya itu, dengan saya tidak punya kerja saya juga membuat orang tua saya sedih. Sempat saya terpikir, untuk apa saya susah-susah sekolah bila ujung-ujungnya saya tidak mendapatkan pekerjaan
Meski hal tersebut sangat susah, jangan menyerah! Selalu yakin bahwa pasti teman-teman akan mendapat pekerjaan yang sesuai dengan teman-teman. Saya doakan teman-teman bisa mendapatkan pekerjaan lebih cepat dari saya